Tradisi hutan pertama kali dipraktekkan oleh Ajahn Chah, seorang bhiksu senior dari Thailand. Asal mulanya, ia diundang ke dekat tempat kelahirannya di sebuah hutan dekat. Hutan tersebut tempat bersemayam setan, tempat kobra dan juga macan.
Adapun cara mengajar Ajahn Chah sangatlah berbeda dengan bhiksu umumnya. Beliau hanya mengadakan meditasi dua kali sehari. Sedangkan yang menjadi inti ajarannya adalah bagaimana dapat bertahan hidup di hutan dengan baik. Mereka mengerjakan berbagai pekerjaan dengan tangan. Mulai dari membuat kebutuhan jubah mereka hingga menjaga agar vihara tetap bersih.
Mereka diajarkan untuk hidup sederhana. Makanpun hanya sehari sekali dari dana masyarakat sekitar. Jubah juga dibatasi.
Para bhikku sering ditemu mencari tempat meditasi yang cocok dengan bertelanjang kaki.
Tradisi hutan ini sebenarnya sudah ada sejak jaman Buddha. Ada banyak bhikku yang mengisolasi diri mereka di hutan untuk memahami Dharma dan memperdalam meditasi mereka.
Praktek meditasi hutan pada jaman Buddha merupakan praktek yang dilakukan kelompok-kelompok kecil maupun seorang diri. Setelah Buddha parinirwana, masih dijumpai beberapa guru meditasi yang hebat. Mereka dihadapkan pada kerasnya hidup di hutan. Mereka semua mengambil pelajaran dari alam. Terlebih lagi, mereka sama sekali tidak berminat dengan urusan duniawi.
Keberadaan Ajahn Chah membangkitkan kembali tradisi tersebut. Aturan vihara dilaksanakan dengan sangat ketat. Mereka tidak menerima uang dan harus bersabar bila tidak ada sedekah untuk mereka.

No comments:
Post a Comment