Cerita tentang Micky Jagtiani sungguh mengagumkan. Sangat kelas bahwa dia tidak lahir dalam keadaan penuh harta dan siapapun yang berjuang pada usia dua puluh tahunan dapat menjadikannya inspirasi dengan melihat usaha yang dilakukannya untuk mencapai puncak. Micky Jagtiani mengingat dengan baik kata terakhir yang disampaikan oleh mendiang ayahnya. “Saya tidak tahu bagaimana Micky dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari,” atau “Bagaimana ia akan bertahan hidup?”.
Ayahnya mengatakan hal tersebut bukan tanpa alasan. Ayahnya adalah seorang imigran yang pindah ke Kuwait bersama keluarganya, Ia berjuang keras untuk menyekolahkan Jagtiani sekolah keuangan di London. Akan tetapi anaknya tersebut telah gagal hingga tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya. Micky juga suka meminum minuman keras dan seorang perokok berat . Untuk menopang hidupnya Ia membersihkan kamar hotel di Earls Court, sebuah daerah kumuh di London dan menjadi supir taksi hingga Ia hampir tak mampu melakukannya.
Dorongan pertama yang pertama kali muncul adalah kembali ke India, dimana Ia menghabiskan setengah masa mudanya, bekerja pada sebuah badan amal yang membantu kaum miskin. Akan tetapi Ia merasa memiliki kewajiban untuk mengambil alih sebuah took yang disewa kakaknya di Bahrain sebelum sakit. Dipenuhi keraguan diri dan kekhawatiran minim pengalaman dalam dunia retail, Jagtiani memutuskan untuk mengambil alih toko kakaknya. Berbekal $6000, hasil warisan yang ditinggalkan keluarganya Ia membuka took peralatan bayi dengan nama Babyshop. Hanya dengan satu orang pegawai Jagtiani mengerjakan hamper semuanya sendiri, mulai dari mengangkat barang, mengisi ulang barang yang kosong, bahkan mengepel lantai. Memulai usaha dengan sederhana, Jagtiani memfokuskan pada ribuan imigran Asia yang pindah ke Timur Tengah untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Jagtiani sendiri lebih memilih untuk memiliki hidup yang sederhana dan hidup yang tenang. Ia hanya memiliki satu buah mobil dan rumah sederhana di Dubai bersama istrinya. Kebiasaan yang Ia miliki adalah menonton film inspirasional pada malam hari. Tidak aneh jika kebanyakan film favoritnya adalah film yang bertema tentang pengorbanan. “Saya menjalani hidup seperti Gandhi”, ucapnya. Gaya hidup yang saya jalani sangat sederhana. Saya tidur di lantai, Saya menjalani hidup saya degnan satu buah kunci, saya sangat transparan, dan saya percaya kepada banyak konsep yang dimiliki Budha dan saya suka melakukan berbagai kegiatan social. Teman-teman saya yang memiliki uang memiliki banyak masalah, mereka akan merasa sangat kecewa jika mereka tidak pergi dengan penerbangan kelas satu. Mereka juga merasa gugup jika tidak menggunakan pakaian buatan desainer terbaik. Bagi saya hal tersebut terlalu matrealistis dan tidak penting. Kesederhanaan adalah bagi saya adalah rahasia untuk memiliki kedamaian. Jika saya mau, saya mampu untuk melakukan semuanya, tetapi saya tidak mempedulikan berbagai hal tersebut.
Hasrat untuk membalas budi kepada Negara asalnya nampaknya sangat bergejolak dalam dirinya. Ia memprkarsai sebuah badan amal untuk pendidikan lebih dari seratus ribu anak-anak di sekolah kumuh di India, dan hal ini juga dilakukan di beberapa yayasan yatim piatu.Ia berkata setiap ia pulang ke India, Ia akan tidur di lantai di yatim piatu ini, karena hal ini membuatnya merasa rendah diri.
Ia juga berkata: “Di India kesejahteraan terdistribusikan dengan sangat buruk. Perbedaan antara kaya dan miskin sangat terlihat. Saya pernah mengunjungi daerah kumuh di Bombay dimana anak-anak bekerja sebelas jam setiap hari dan hanya mendapat makan satu kali saja. Saya berada disana dari pukul sepuluh pagi hingga jam tujuh malam. Saya hanya duduk mencoba untuk mengerti mengapa kemiskinan dapat terjdi dan apa solusinya.
Diulai dari awal yang sangat buruk, hidupnya telah berubah menjadi sangat mengagumkan, diisi dengan kesuksesan. Akan tetapi dari cerita ini dapat dilihat konflik yang dimiliki Micky Jagtiani saat melihat perbedaan antara kekayaan yang begitu besar dengan kemiskinan yang ada dimana-mana. Ia adalah bilyuner yang sangat manusiawi.
No comments:
Post a Comment