Leluhur kuno sudah menggambarkan dengan
gamblang bahwa alam ini sebenarnya suwung (kosong) yang mungkin saat ini bisa
lebih mudah dicerna melalui fisika kuantum dimana dinyatakan bahwa alam ini
adalah hologram raksasa (holographic universe) yang artinya segala yang tampak
sebagai realita adalah hologram dari proyeksi pikiran belaka. Alam adalah
kanvas kosong berupa lautan energi.
Itulah mengapa ada orang-orang yang melihat
alam kehidupan di dimensi lain karena pikirannya bergetar dengan cara lain
sehingga memproyeksikan gambar hidup alam lain bersama-sama dengan
pikiran-pikiran dari mereka yang memproyeksikan gambar hidup sebagai dimensi
lain itu. Sementara orang lain tidak pernah melihat dimensi lain karena memang
tak memproyeksikannya.
Untuk lebih jelasnya lagi bisa melihat ke
tingkat paling mendasar atau detil terkecil dari alam dengan merujuk ke teori
tentang atom, dimana setiap atom terdiri dari elektron (kutub negatif) yang
mengelilingi proton (kutub positif) dan neutron pada inti atom (nucleus),
sehingga itu berarti bahwa setiap atom adalah ruang kosong (alam suwung) [lihat
ilustrasi].
Jadi alam semesta ini adalah lautan energi
yang menjadi layar untuk proyeksi dari masing-masing pikiran individu jiwa,
sehingga seperti apa gambar hidup yang dimunculkan di layar semesta tentunya
akan tergantung dari pikiran masing-masing individu jiwa.
Namun setidaknya pengalaman bermimpi akan
mengambarkannya lebih mudah, yakni bahwa saat tidur dan bermimpi setiap orang
membuat hologram yang berbeda dengan hologram yang dilihatnya saat matanya
terbuka melek. Itu pula yang menjelaskan mengapa cerita dalam mimpi bisa
meloncat-loncat dan berganti setting tempat secara acak, karena pada saat tubuh
fisik tidur pikiran bawah sadar mengambil alih kendali untuk menciptakan gambar
hologram yang disebut mimpi. Lebih tepatnya pikiran jiwa saat tubuh fisik
tertidur akan terlepas dari keharusan menggunakan indera pada tubuh fisik untuk
melihat alam. Indera non-fisik tersebut sering juga disebut “mata ketiga”/”indera
keenam”, yakni sebagai mata lain/indera lain yang “memandang” kehidupan dengan
cara lain dengan mata fisik.
Realita yang terlihat saat mata melek adalah
suatu hologram yang diciptakan oleh pikiran-pikiran kolektif dimana tubuh fisik
yang digunakan oleh manusia saat ini “membatasi jiwa-jiwa yang tinggal di
dalamnya” untuk mengikuti suatu pola pikir kolektif yang membuat manusia secara
bersama-sama menampilkan hologram yang “serupa” walau tidak persis sama, karena
selalu ada kekecualian pada masing-masing individu jiwa, seperti terlihat bahwa
ada orang-orang yang bisa melihat dan berada di alam dimensi lain itu. Setiap
orang bagaimanapun memiliki pikiran yang berbeda-beda seperti terlihat dalam
perdebatan dan diskusi karena memang melihat kehidupan dan memiliki pengalaman
berbeda-beda untuk dipaparkan.
Matriks Kehidupan
Dalam matriks kehidupan, digambarkan bahwa
alur waktu adalah seperti tenunan kain, dimana setiap jiwa bisa berpindah jalur
alur hidup, seperti garis-garis benang pada kain itu, setiap saat dan hologram
realita yang muncul akan berubah sejalan dengan pilihan-pilihan keputusan hidup
yang dibuatnya dari waktu ke waktu. Garis benang alur waktu yang dipilih adalah
“fokus pikiran” yang menjadi latar belakang pengambilan keputusan pilihan-pilihan
alur hidup. Oleh karena alasan itu pula mengapa para guru spiritual mengajarkan
kebijaksanaan hidup, yaitu agar pikiran-pikiran orang secara bersama-sama
menciptakan alur hidup bahagia dan diproyeksikan ke kanvas semesta sehingga
menjadi hologram gambar hidup damai sejahtera.
Jiwa-jiwa yang menginginkan bumi menampilkan
kehidupan damai sejahtera tentunya tidak akan memunculkan pikiran-pikiran
penggunaan cara-cara hukuman yang adalah bentuk kekerasan karena berpikir
tentang hukuman dan kekerasan akan memancarkan hologram kekerasan ke kanvas
semesta. Maka jiwa-jiwa pendamai akan selalu fokus memancarkan pikiran damai,
bijak, pengampunan, cinta agar terproyeksikan ke kanvas semesta di bumi.
Otak Memiliki Sifat Plastis
Buku “Train Your Mind Change Your Brain”
memuat kesimpulan dari riset yang dilakukan para ahli syarat otak tentang cara
kerja otak. Intinya dikatakan bahwa otak sangat plastis dan akan berkembang
tergantung dari pikiran. Itu pula mengapa ada nasehat yang mengatakan
“berpikirlah dengan hati”. Ini artinya bukan otak yang memproduksi pikiran,
melainkan pikiranlah yang membentuk cara kerja otak. Semakin pikiran
berkembang, maka otak akan semakin mekar perkembangannya mengikuti dan
menyesuaikan dengan kebutuhan pikiran. Maka orang yang pikirannya sehat
tubuhnya juga selalu sehat karena otak hanya mengikuti perintah pikiran dan
meneruskannya ke sel-sel tubuh untuk menjadi seperti yang ada di pikiran itu.
Tubuh fisik dari seseorang sesungguhnya sudah
sama sekali berbeda dengan saat terlahir, sudah “mlungsungi” (berganti)
berkali-kali tak terhitung. Sel-sel tubuh secara terus-menerus berganti baru.
Hal ini juga bisa dilihat dengan memperhatikan perubahan bentuk wajah foto-foto
sejak kecil sampai dewasa. Pikiran yang sering dipengaruhi kondisi emosional
yang berubah-ubah akan menampilkan bentuk wajah yang berubah-ubah.
Adalah Dalai Lama yang menginginkan adanya
riset tentang cara kerja otak sehingga tersusun buku “Train Your Mind Change
Your Brain” tersebut. Dalai Lama menginginkan adanya penjelasan ilmiah atas
peristiwa-peristiwa supranatural yang dialami para biksu, entah penyembuhan,
penglihatan tentang masa depan atau tentang alam lain. Maka alam
kehidupan lain tentang jin atau kepercayaan tentang malaekat dan dewa serta
alam gaib menjadi lebih jelas bahwa semua itu terkait dengan holographic
universe dan bentuk tampilan alam seperti apa yang muncul selalu tergantung
dari pikiran masing-masing jiwa.
Dari uraian di atas selanjutnya bisa dipahami
bagaimana jiwa sebenarnya tidak pernah mati dan hanya berganti-ganti “mimpi”
saat mati atau bahkan bisa dikatakan bahwa hidup di realitas saat ini adalah
sebuah mimpi kecil dan teramat singkat dari suatu jiwa yang hidup abadi.
Menjalani hidup berupa kisah-kisah konflik dalam suatu realitas hologram fisik
adalah sebuah “mimpi buruk” bagi jiwa yang sedang tidur alias tidak sadar
dengan apa yang dipikirkan dan dilakukannya. Setiap jiwa yang sadar akan
memahami konsekwensi dari pikirannya karena selalu berdampak kembali pada
dirinya sendiri yang menciptakan semua pengalamannya untuk dinikmati sendiri.
Jiwa yang sadar akan selalu hidup dalam cara-cara cinta dan bijaksana yang akan
muncul sebagai proyeksi hologram realitas fisik.
Jika menyadari dan memahami cara kerja alam
semesta di atas, maka alam gaib hanyalah proyeksi pikiran dari jiwa-jiwa dan
semua muncul tampak sebagai realitas tergantung pada tingkat kesadaran dan
ketajaman fokus pikiran untuk menampilkannya pada kanvas holografis alam
semesta.
Fractal Cosmology
Melalui teori fractal dipahami bahwa
perjalanan hidup setiap orang mengikuti suatu pola perulangan tertentu namun
jika dilihat secara detil akan terlihat sebagai kekacauan. Demikian juga jika
dipandang dari jiwa yang hidup abadi, maka satu periode kehidupan fisik
hanyalah suatu waktu sekejab, namun terasa sangat panjang.
Saat turun (inkarnasi) ke dalam bentuk
kehidupan fisik, setiap jiwa hadir untuk melihat suatu detil dari perjalanan
abadinya sehingga dapat melihat bagaimana aliran kehidupan pada tingkat detil
yang tampak kacau. Gambarannya adalah seperti melihat sebuah kursi yang nampak
mulus tetapi saat turun ke detilnya di tingkat atom, kursi mulus tersebut juga
terlihat sebagai gerakan energi berupa elektron yang mengelilingi inti atom,
maka sebuah kursi pada tingkat atom adalah suatu benda yang bergerak-gerak.
Di tingkat kehidupan fisik (alam padat ini)
jiwa-jiwa dapat menyaksikan proses tumbuh tanaman dari bentuk benih, bertunas,
tumbuh akar-batang-daun sampai berbunga dan berbuah. Dan dengan inkarnasi ke
dalam tubuh fisik manusia, jiwa mengalami sendiri suatu proses tumbuh dalam
bentuk manusia yang membangun kehidupan dan merawatnya. Jiwa sebagai percikan
kesadaran kosmos yang sedang memastikan bahwa di tingkat fisik semuanya
berjalan dengan baik. Setiap kali percikan kesadaran kosmos turun inkarnasi ke
bentuk fisik yang mengambil jalur matrik kehidupan di tingkat materi padat
adalah untuk misi pembelajaran dan pembenahan.
Dimensi Kehidupan, Tingkat Kepadatannya &
Satuan Waktu
Sumber-sumber spiritual mengatakan bahwa alam
semesta tersusun atas 12 dimensi dengan 12 tingkat kepadatannya. Masing-masing
dimensi dan tingkat kepadatannya memiliki kecepatan rambat cahaya yang berbeda.
Semakin tinggi dimensi dan semakin halus kepadatannya kecepatan aliran
energinya semakin tinggi, yang membuat perbedaan satuan waktu yang berbeda
bertingkat pada masing-masing dimensi. Sebagai gambarannya dapat melihat satuan
waktu menurut hitungan waktu kalpa sebagai berikut:
– 1 kalpa terdiri dari 1.000 maha yuga
– 1 maha yuga berlangsung selama 12.000 tahun dewa
– 1 tahun dewa setara dengan 360 tahun manusia pada dimensi 3 saat ini
– 1 maha yuga berlangsung selama 12.000 tahun dewa
– 1 tahun dewa setara dengan 360 tahun manusia pada dimensi 3 saat ini
Berdasar perhitungan tersebut satu maha yuga
setara dengan 4,32 juta tahun manusia bumi, dan satu kalpa setara dengan 4,32
miliar tahun. Sedangkan 1 kalpa sama dengan satu hari kehidupan di tingkat
Brahma.
Adanya pengetahuan pembagian waktu dan satuan
waktu menurut kalpa di atas mengisyaratkan bahwa ada makluk hidup dengan
kecerdasan sedemikian rupa yang melewati masa hidup di atas batas usia hidup
manusia yang dipahami manusia bumi saat ini. Setiap jiwa yang memiliki kehidupan
abadi memungkinkannya memahami rentang waktu yang sedemikian panjang.

No comments:
Post a Comment