Thursday, November 1, 2018

Melatih DIBBACAKKHU ( Mata-Dewa )



Buddha, yang memiliki mata dewa (Dibhacakkhu) yang murni di atas kemampuan manusia biasa, dapat melihat para dewa yang berjumlah ribuan berada di tempat-tempat sekitar Pataligama. Dan Sang Bhagava yang bangun menjelang subuh, berkata kepada Ananda: "Ananda, siapa yang sedang membangun sebuah kota di Pataligama?" "Sunida dan Vassakara, perdana menteri dari Magadha, sedang membangun perbentengan di Pataligama, sebagai pertahanan melawan suku Vajjis", jawab Ananda.

Semua  Buddha  termasuk  makhluk  hidup  mempunyai 5   macam
mata, yaitu :

1. mata manusia; bisa melihat dekat tidak bisa melihat jauh,
bisa melihat depan tidak bisa melihat belakang, bisa melihat
terang tidak bisa melihat gelap.

2. mata kebathinan;  bisa  melihat jauh   dan  dekat,  gelap
dan terang, muka dan belakang

3.  mata kecerdasan; segala macam kitab suci dan yang  lain-
lainnya tidak ada satupun yang tidak dia mengerti.

4. mata suci; bisa tahu surga dan neraka.

5.  mata  Buddha; bisa melihat seluruh  alam  semesta  yaitu
dikatakan mata Buddha kebathinan.
DIBBACAKKHU ( Mata-Dewa )

Untuk dapat memiliki “Tiga-Pengetahuan” ( Tevijjo ), anda harus mempunyai “Dibbacakkhu” / “Mata-Dewa”. Cara melatih dan memperoleh “Dibbacakkhu” adalah dengan melatih tiga objek kasina :

1. Tejo Kasina ( Objek Api ), missal nyala lilin.

2. Alo Kasina ( Objek Sinar ), missal Matahari.

3. Odata Kasina ( Objek Warna Putih ).

Diantara ketiga objek ini, yang paling efektif adalah objek-sinar ( Alo-Kasina ), demikian menurut Kitab Visudhi Magga.

Cara menggunakan obyek Aloka Kasina

Cara mengembangkan obyek alo kasina untuk memperoleh dibbacakkhu adalah dengan melihat sinar yang masuk melalui sebuah lubang, kita hendaknya menggunakan tabir untuk melihat sinar yang masuk itu. Kita mulai melihat, mengamati dan mengingatnya, kemudian mata kita dipejamkan. Selama mata terpejam kita harus dapat mengingat bayangan obyek tersebut, seolah olah kita melihat obyek itu seperti pada waktu mata terbuka. Bila kita lupa pada obyek tersebut,ulangi lagi seperti semula, kita membuka mata dan mengamatinya, kemudian kita menutup mata kembali, begitulah seterusnya sebelum obyek itu benar – benar dapat dipegang dengan kuat dalam bathin sehingga pikiran tidak pergi kesana kemari atau kehilangan obyek. Kita selalu harus mengingatnya dalam bathin obyek alo kasina tersebut sampai melekat dalam bathin sehingga dapat diingat setiap saat bila kita menginginkannya.
Bila bathin ( Citta ) telah kuat memegang obyek dan perhatian pikiran sepenuhnya terpusat pada obyek, maka bathin dapat terpusat, selanjutnya akan muncul gambaran – gambaran bathin. Pada waktu muncul gambaran – gambaran bathin, kita harus memotongnya, kita harus menyadarinya kemudian kembali pada obyek semula. Kita hanya memusatkan pikiran pada obyek saja. Bila gangguan dari gambaran – gambaran bathin semakin kuat, kita boleh membuka mata kembali, melihat sinar secukupnya sampai gambaran – gambaran bathin itu hilang.

Usahakan obyek itu dapat melekat dalam bathin sehingga kapan saja kita inginkan sinar itu akan muncul kemudian dijadikan obyek, sebaliknya bila kita kehendaki sinar itu hilang, maka sinar itupun segera hilang. Kita juga dapat mengubah sinar itu menjadi besar atau kecil dalam bathin kita. Bila kita telah sampai pada tahap ini, kita harus rajin berlatih, dijaga dan dikembangkan terus. Jangan beranggapan bahwa meditasi telah selesai dalam tahap ini. Kita harus rajin melatih alo kasina dalam kegiatan sehari hari, Dengan latihan tekun, lama kelamaan obyek sinar itu berubah manjadi sinar yang jernih seperti cahaya bintang berkelap kelip, jernih dan indah sekali. Bila dalam meditasi muncul keadaan seperti ini, kita hendaknya mampu merubah rubah menjadi besar, kecil, tinggi atau pendek. Usahakanlah hal tersebut sampai mahir karena hal ini sangat membantu dan bermanfaat untuk melatih “manomayitthiâ€
 ( Kita mampu menggunakan bathin dengan sekehendak hati ). 
Mahirkanlah latihan ini hingga mampu memisahkan bathin dan tubuh, oleh karena itu kita harus ketat mengawasi bathin kita yang sudah mahir itu, bila kita melatih dibbacakkhu atau manomayitthi akan memperoleh bermacam macam pengetahuan ( Nana ).

Bila kita sudah mahir melatih Dibbacakkhu dan Manomayiddhi (kekuatan batin, bila seseorang telah mampu memisahkan batin dengan tubuh/jasmani, dan batin dapat ‘diajak’ pergi kemana-mana (kealam-alam lain). Manomayidhi ini termasuk salah satu abhinna pada seseorang yang telah memiliki tiga pengetahuan (tevijjo). Bila seorang Yogi telah mencapai Jhana keempat dalam meditasi dengan memakai salah satu objek kasina, maka ia dapat mencapai Manomayiddhi seperti pencapaian dibbacakkhu ) , akan memperoleh berbagai pengetahuan ( nana ) sebagai berikut :

1. Cutupata Nana : Mengetahui kehidupan dan kematian semua makhluk hidup sesuai dengan karmanya masing-masing.

2. Cetopariya Nana : Membaca pikiran orang lain dan makhluk-makhluk lain.

3. Pubbenivasa Nussati-Nana :Kehidupan / tumimbal lahir yang lampau.

4. Atitansa Nana : Mengetahui masa yang lalu.

5. Anagatansa Nana : Mengetahui masa yang akan datang.

6. Paccuppannansa Nana : Mengetahui masa sekarang.

7. Yathakammuta Nana : Dapat mengetahui sebab akibat karma suatu makhluk baik itu manusia, dewa, Brahma, dan lain-lain. Karma apa yang menyebabkan mereka bahagia dan menderita.

Baik sekali melatih meditasi dengan obyek kasina sampai tingkat tinggi, asal tidak lupa melatihnya setiap hari, Jangan pernah berpikir bahwa latihan ini memakan waktu yang tidak terbatas. Bila seseorang memiliki keyakinan, belajar sesuai dengan yang Sang Buddha ajarkan, pasti dalam waktu yang tidak lama akan berhasil.Mungkin dalam waktu tiga bulan mungkin ia akan memperoleh hasilnya. Bila seseorang memiliki karma baik atau pernah melatih dibbacakkhu nana dalam kehidupan yang lampau, ia akan memperoleh hasil dalam waktu tujuh hari atau sampai tiga bulan.

Didalam kitab Visuddhi Magga dikatakan bahwa orang yang telah memperoleh dibbacakkhu nana dalam kehidupan yang lampau, ia akan mencapai dibbacakkhu nana hanya dengan melihat dari sinar sebuah lubang dalam sekejap saja karena ia masih teringat akan pengaruh kekuatan kehidupannya yang lampau.


Obyek gambar dan cara melepaskannya

Setelah kita mengetahui hasil pengembangan meditasi dengan obyek sinar, kita kemudian dapat menggunakan obyek gambar cahaya / sinar untuk ketenangan ( Jhana ). Kita dapat membuktikan bahwa diri sendiri telah memperoleh Jhana atau belum. Caranya, kita mencoba melihat alam surga atau neraka dengan mata bathin atau dengan melihat benda – benda yang sangat jauh yang tidak bias dilihat dengan mata biasa, kecuali dengan mata bathin. Bila kita tidak dapat melihatnya, berarti Jhana tersebut palsu atau belum mencapainya.

Cara melihatnya, pertama tama kita melihat obyek sinar dalam meditasi ( Jhana ) kemudian kita bertekad semoga gambar terang / cahaya ini lenyap dan muncul bentuk surga atau neraka. Bila kekuatan bathin ( Jhana ) yang asli maka bathin kita dapat melihat surga atau neraka itu. Adapun terlihat jelas atau tidaknya semua tergantung pada keahlian pengembangan dalam Jhana tersebut. Inilah yang disebut pengetahuan Mata Dewa ( dibbacakkhu ) dan selanjutnya kemampuan bathin lainnya akan muncul setelah dibbacakkhu, kecuali pubbenivasanussati Nana.

No comments:

Post a Comment