Tuesday, November 6, 2018

Penciptaan Alam Semesta dan Jiwa-jiwa

big-bangOleh : dr. Walter Semkiw
From the Book : Born Again
Cerita ini adalah hasil wawancara dari dr. Walter Semkiw dengan seorang roh pembimbing bernama Ahtun Re yang berbicara melalui Kevin Ryerson, seorang paranormal yang mampu melakukan channeling, yaitu memanggil roh pembimbing untuk memasuki dirinya dan berbicara dengan penanya. Ahtun Re adalah sesosok roh pembimbing yang tidak berinkarnasi kembali sejak jaman mesir kuno pada pemerintahan Firaun Akhenaton (1379-1362 SM), yang dikenal sebagai bapak Monotheisme, Ahtun Re saat itu bekerja sebagai pendeta tinggi dan penasihat Firaun.
Ahtun Re mengetahui hampir semua perjalanan jiwa jiwa berinkarnasi, sehingga ia hampir bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan kepadanya, dan setelah dikonfirmasikan oleh dr. Semkiw  dengan paranormal yang lain ternyata mengkonfirmasikan bahwa jawaban tersebut benar. Bahkan ia banyak berperan dalam memberikan bimbingan bagi para orang orang suci di masa lampau. Disini dr. Walter semkiw menanyakan kepada Ahtun Re mengenai penciptaan alam semesta dan jiwa jiwa.
Big Bang dan penciptaan alam semesta materi
Menurut Ahtun Re, kisah penciptaan  digambarkan dengan cukup akurat dalam Injil Yohanes. Menurut Ahtun Re, Tuhan menciptakan alam semesta fisik dalam peristiwa Big Bang yang para ilmuwan perkirakan terjadi sekitar 14 milyar tahun yang  lalu. Tuhan melakukan hal ini sebagai aksi kreatif  dan alam semesta fisik bisa dianggap sebagai tubuh Tuhan.
Ahtun Re menyampaikan bahwa Tuhan menciptakan jiwa jiwa yang terkait dengan alam semesta kita sekitar “satu nanodetik” setelah dentuman besar. Kita bisa membayangkan bahwa jiwa jiwa itu terpisah pisah sebagai kepingan kepingan kecil Tuhan, bagian bagian kecil Tuhan yang bertunas dari Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta dan jiwa jiwa karena Tuhan ingin mengekpresikan kesatuan melalui keragaman. Tuhan ingin mengekpresikan keragaman, kata Ahtun Re. Hanya ada satu Tuhan, kata Ahtun Re.
Sebelum terjadinya dentuman besar(Big Bang)  terdapat “kehampaan, kesadaran murni” dan Tuhan memiliki perwujudan perwujudan sebelumnya dan terdapat sebuah alam semesta yang ada sebelum alam semesta kita. Alam semesta yang ada sebelum Big Bang  yang terjadi 14 milyar tahun yang lalu. Jiwa jiwa yang telah ada dari alam semesta sebelumnya ini berlanjut eksis setelah peristiwa Big Bang kita. Jadi meski struktur fisik alam semesta hancur dan tercipta kembali melalui fenomena Big bang, jiwa jiwa tetap bertahan.
Ahtun Re menjelaskan bahwa sebagian kecil jiwa yang telah ada sebelum Big Bang kita, setuju untuk berinkarnasi ke alam semesta kita yang sekarang. Dan jiwa jiwa tersebut membawa serta kemampuan, bakat, dan berkah dari kehidupan mereka sebelumnya, dan para pemimpin agung umat manusia seperti Buddha, Musa, Yesus, Krishna dan yang lain lain telah ada sebelum penciptaan alam semesta kita. Mereka dan ribuan lainnya setuju berinkarnasi lagi ke kehidupan fisik untuk membimbing dan melayani umat manusia. Jiwa jiwa yang sudah berpengalaman ini masuk ke kehidupan fisik melalui pintu yang sama dengan jiwa jiwa yang baru, satu nanodetik setelah Big Bang 14 milyar tahun yang lalu.
Monad, Jiwa dan Spektrum energi kita
Ketika Tuhan menciptakan kita, kita dibubuhi kualitas unik yang tetap ada dalam diri kita sepanjang eksistensi kita. Inilah sebabnya, melalui berbagai inkarnasi, kita cenderung menunjukkan watak, kesukaan, dan bakat yang sama.
Untuk lebih memahami kualitas kepribadian dan evolusi spiritual, kita akan membedakan definisi antara “monad” dan”Jiwa“. Istilah monad digunakan untuk mendeskripsikan bagian anatomi spiritual kita yang tetap ada dalam kesatuan dengan Tuhan, yang berdiam di sebuah alam eksistensi yang merupakan kediaman dari kesadaran Tuhan. Jika kita bertunas dari Tuhan, monad bisa dianggap  tunasnya yang tetap berada di pokok anggur yaitu Tuhan. Monad bisa dianggap identik dengan “spirit“.
Jiwa didefinisikan sebagai sebuah proyeksi monad yang berkelana melaui berbagai dimensi atau alam alam lainnya yang biasanya digambarkan sebagai alam alam  yang “lebih rendah” daripada tempat monad atau spirit berada. Jiwa berkelana ke dimensi dimensi lebih rendah untuk mendapatkan pengalaman dan membangun identitas. Jiwa adalah tempat penyimpanan pengalaman pengalaman kita sepanjang kehidupan demi kehidupan.
Menurut Ahtun Re, kerangka dan penampilan wajah juga tercipta pada saat yang sama dengan monad dan jiwa diciptakan, dan kerangka ini adalah harta/sifat matematis dari jiwa itu sendiri. Kerangka wajah unik seseorang bisa dianggap menarik dan tidak menarik dalam berbagai inkarnasi, bergantung dari sifat sifat fisik yang menguasai sebuah inkarnasi tertentu, seperti kondisi wajah dan gigi, berat badan dan sebagainya. Norma norma sosial, apa yang dianggap masyarakat sebagai patut, juga akan mempengaruhi apakah seseorang dipandang sebagai menarik atau tidak menarik. Meski kita tetap mempertahankan struktur tulang, penampilan wajah dasar yang sama, kita bisa berganti ganti, dari kehidupan ke kehidupan, dipandang sebagai menarik atau biasa saja.
Kita bisa menggunakan analogi yoyo untuk menjelaskan hubungan antara monad atau spirit dengan jiwa kita. Bayangkan bahwa monad adalah benang yang menempel pada yoyo, dan yoyo ini dipasang pada monad di tempat yang merupakan kediaman Tuhan. Monad seperti sebuah perpanjangan dari Tuhan, bagian dari Tuhan, tetapi memiliki eksistensinya sendiri.
Meskipun yoyo, atau jiwa,  berkelana jauh dari Tuhan ke dimensi dimensi yang lebih rendah, ia selalu terhubung dengan monad lewat talinya. Dalam filosofi Hindu, bahkan terdapat sebuah istilah “Antakarana”, untuk menggambarkan hubungan dinamis ini, antara monad dan jiwa. Antakarana juga disebut dengan “jembatan pelangi”. Kita bisa membayangkan monad itu sebagai pijaran kehidupan kita yang berasal dari Tuhan, seperti sebuah prisma yang membiaskan cahaya warna putih. Ketika kita membayangkan prisma, kita biasanya kita membayangkan dalam bentuk segitiga dan kita bisa membayangkan tujuh warna yang terpisah keluar dari prisma, tujuh warna spektrum cahaya tampak.
Kita, monad monad, tercipta dengan prisma unik kita masing masing yang memancarkan kombinasi warna warna  atau energi energi yang mencirikan kita. Beberapa monad memiliki spektrum energi yang memiliki  warna merah sebagai warna yang dominan, sedangkan monad monad lainnya utamanya menghasilkan warna hijau, yang lainnya kuning atau biru. Kita akan menyebut spektrum energi khas ini “corak energi” atau “spektrum energi” kita.
Ketika kita berinkarnasi ke sebuah tubuh fisik, jiwa kita pada gilirannya meneruskan spektrum energi ini ke dalam diri kita. Bayangkan jiwa mampu memproyeksikan sebuah hologram atau gambar tiga dimensi, ke dalam tubuh fisik yang sedang berkembang. Hologram energi ni meliputi kerangka tempat tulang tulang dan jaringan kita akan tumbuh, yang menghasilkan penampilan khas kita, dan terutama bentuk bangun wajah. Maka dari itu dalam kasus kasus reinkarnasi selalu ada kesamaan dalam bangun wajah seperti pada kasus Anne Frank/Barbro Karlen, Michael Beckwith/John Snow dll. Hologram juga meneruskan spektrum energi kita yang kemudian tercermin dalam sifat, kemampuan, dan minat kita.
Dengan demikian, jiwa kita adalah suatu struktur energi yang dinamis dan yang menggerakan inkarnasi kita. Kita adalah proyeksi holografis jiwa kita dalam tubuh fisik. Akan tetapi, jiwa kita lebih dari sekitar itu, karena kita adalah hanya satu titik fokus dari jiwa kita pada suatu ruang dan waktu tertentu. Jiwa kita adalah kita, tetapi jiwa kita adalah keseluruhan gabungan semua inkarnasi yang pernah dimilikinya. Sebagian besar dari kita tidak memiliki hubungan yang sadar dengan jiwa kita, tetapi beberapa punya, seperti yang dibuktikan melalui ingatan ingatan mengenai kehidupan kehidupan lampau. Salah satu dari sifat kemajuan spiritual adalah hubungan sadar yang lebih besar dengan jiwa kita.
Pada titik ini mari kita menyelami cara cara dimana kita bisa memahami spektrum energi kita dengan lebih baik, himpunan energi-energi atau warna warna unik kita, yang menjadikan kita sebagai diri kita.

No comments:

Post a Comment