Thursday, March 19, 2020

Kitab Purana

Semua umat Hindu diseluruh dunia pasti tak asing lagi dengan Kitab Purana, seperti yang sering kita dengar kitab Purana ini berisikan tentang ramalan-ramalan penciptaan bumi beserta isinya, seperti cerita-cerita Dasa Awatara yang sangat melegenda dan umat Hindu percaya dengan segala kisah yang diceritakan dalam kitab Purana tersebut.
Walaupun kita sering dengar kutipan-kutipan cerita dari kitab Purana namun secara jelas mungkin masih banyak yang belum tahu, nah bagi yang belum tahu tentang kitab Purana berikut uraian dan sekaligus menjadi tulisan paling baru di situs ini :
Dikisahkan setelah menyusun MahaBharata Weda Vyasa yang ke 28 ( Maharsi Khrisna Dvipayana ) menyusun 18 Mahapurana dan 18 Upapurana ( seperti halnya kitab2 Weda (Sruti; catur Weda.) Purana disusun dalam tulisan jauh setelah kisah tersebut berkembang, sehingga tiap Purana banyak ditemukan Versinya ) agar umat Hindu semakin tertuntun dan mendapat cerminan dalam melaksanakan Ajaran Weda.
Purana terdiri atas lima topik Utama ( Panca Laksana ) :
1. Tentang Penciptaan semesta ( pratisarga, sarga dan Pralaya),
2. Geografi
3. Kisah kisah Para Dewa dan berbagai kisah lainnya
4. Manvantara (waktu, jaman yuga dan Manu )
5. Silsilah (Suryawamsa dan Chandrawamsa)
Keseluruhan Mahapurana terdiri atas ± empat Laksa (400.000) Sloka. Dan Krsna Dvipayana dipercaya sebagai penyusunnya ( ada lagi kepercayaan bahwa Mahapurana yang disusun oleh Wedavyasa mempunyai satu crore Sloka, karena jumlah tersebut sangat sulit untuk dibaca oleh manusia biasa. Beliau merangkum purana purana tersebut dalam empat laksa Sloka saja; Siva Purana ). Atau dengan kata lain Vedavyasa telah menyusun suatu Purana asli yang dikenal dengan nama Purana Samhita, beliau kemudian mengajarkan Purana ini kepada muridnya Lomaharsana atau Romaharsana yang kemudian menceritakan Purana Samhita itu kepada umum, dari cerita Lomaharsana tersebut terbentuklah Mahapurana tersebut; [Roma ( rambut ) Harsana ( bergetar ), setiap orang yang mendengar cerita Romaharsana membuat bulu tubuh (bulu roma ) orang yang mendengarkannya berdiri karena terpengaruh oleh indah, seram dan sebagainya dari cerita Purana beliau]
Dengan demikian dinyatakan bahwa Purana tidak disusun oleh seorang pun pengarang lain, pada setiap kurun waktu. Hanya saja beberapa pengarang telah menambahkan cerita dan embel embel hingga naskah ini berkembang lebh banyak jadi sangatlah mungkin beberapa bagian Purana disusun sekitar 500 tahun sebelum masehi
Kebanyakan Sarjana Menyetujui bahwa Mahapurana disusun dalam bentuk akhir antara 1000-300 tahun sebelum masehi.
Karakter Purana itu sendiri yg dalam penjabarannya akan selalu mengagungkan salah satu Dewa Trimurti ( mengingat dalam manusia dipengaruhi 3 sifat dasar Tri Guna : satwam = kebaikan, Rajas= Nafsu/gairah, Tamas= kegelapan (kebodohan)
Rajasika Purana : Mengagungkan Dewa Brahma
Sattwika Puranan : Mengagungkan Vishnu
Tamasika Purana : Mengagungkan Shiva
Hal yang menarik dalam Purana adalah satu Purana dengan Purana yang lain mengisahkan peristiwa yang sama dengan versi yang berbeda ( sepintas seperti kontradiksi, namun sebenarnya mengajarkan kita untuk menilai dan menganalisa sesuatu dari sudut pandang yg berbeda.
18 Mahapurana masing-masing :
Rajasika Puranas :
Brahma Purana 9.000
Brahmānda Purana 18.000
Brahma Vaivarta Purana 18.000
Mārkandeya Purana 9.000
Bhavishya Purana 14.000
Vāmana Purana 10.000
Sattwika Puranas :
Vishnu Purana 23.000
Bhagavata Purana 18.000
Nārada Purana 25.000
Garuda Purana 19.000
Padma Purana 55.000
Varaha Purana 24.000
Tamasika Puranas :
Shiva Purana 24.000
Vāyu purana 24.000
Skanda Purana 81.000
Agni Purana 15.000
Matsya Purana 15.000
Kūrma purana 17.000
Kitab Purana merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat cerita-cerita yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan.
Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang cerita kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme(Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai paham Hindu.
Purana juga dikenal dengan nama “pancama Weda” yaitu Weda kelima karena kitab ini memberikan penjelasan ajaran veda di dalam bentuk cerita yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat umum khususnya di jaman Kali yuga ini. Di dalam bahasa sansekerta, kata Purana berarti “tua atau kuno”. Dalam hal ini kata Purana berarti kitab yang menguraikan suatu kejadian di masa lampau yang disajikan di dalam bentuk cerita da ajaran ajran mulia kemanusyaan. Jika ditinjau dari pengertian puitis, kata Purana juga bisa diambil dari kata ”purä –nawa” ( kuno-baru ). Dengan kata lain Purana adalah suatu kitab yang menguraikan suatu kejadian yang telah terjadi dimasa lampau di dalam bentuk cerita yang berisi ajaran ajaran yang sesuai dengan ajaran Weda yang selalu baru dan bersifat segar serta tidak pernah membosankan.
Selalu segar dan tidak pernah membosankan maksudnya adalah meskipun jika cerita ini didengarkan atau diceritakan berulang kali, namun kisah kisah di dalam Purana selalu akan menarik karena didalam kisah tersebut terkandung nilai rohani yang sangat kuat dan memberikan kepuasan kepada sang roh yang bersemayam di dalam badan.
Secara umum, ketika seseorang membaca atau mendengarkan sebuah novel material atau menulis novel material, fakta telah membuktikan bahwa novel tersebut suatu hari akan membosankan si pembaca sehingga pada akhirnya hilang tanpa jejak. Maksimal novel-novel seperti itu akan tenar atau tersedia di pasaran selama 100 tahun atau mungkin sedikit lebih dan setelah itu tidak akan laku lagi alias kadaluwarsa. Tetapi purana, meskipun sudah dibacakan dan di dengar oleh orang orang sejak beribu ribu tahun silam, namun kisah di dalam Purana tidak pernah membosankan para pembaca yang serius untuk mempelajari Purana.
Mereka yang dengan serius untuk mempelajari Purana dibawah bimbingan yang benar akan selalu mendapat keinsafan baru yang dikupas dari kalimat kalimat di dalam purana. Keinsafan baru bukan berarti menemukan teori baru seperti para ilmuwan modern tetapi suatu hal yang sebenarnya sudah ada namun belum pernah dirasakan atau dipahami oleh si pembaca. Hal ini disebabkan oleh kekuatan rohani sang penulis. Selain itu, hal yang paling utama yang menyebabkan Purana tidak pernah kadaluwarsa adalah karena cerita ini mengandung kegiatan Tuhan yang maha kuasa yang selalu bersifat segar dan baru. Meskipun yang maha kuasa merupakan kepribadian tertua atau orang pertama yang ada di alam semesta namun beliau selalu segar.
Di dalam kitab Brahma Samhita diuraikan “advaitam acyutam anädim ananta-rüpam ädyam puräna-purusam nava-yauvanam ca.” “Beliau adalah tiada duanya, tidak pernah gagal, tanpa awal, yang memiliki bentuk yang tak terhingga, awal dari segala sesuatu dan meskipun beliau adalah kepribadian tertua ( purana purusa) namun beliau selalu segar dan kelihatan muda ( nava yauvanam ).”
Berdasarkan beberapa sumber termasuk kamus ‘amara kosa’, secara umum Purana menguraikan 10 pokok bahasan namun ada beberapa Purana yang hanya menguraikan 5 dari sepuluh pokok bahasan tersebut. Menurut Matsya Purana bab 53 ayat 65, suatu kitab bisa disebut sebagai Purana jika kitab tersebut menguraikan paling tidak lima pokok bahasan sebagai berikut :
Sargasca pratisargas ca
vamso manvantaräni ca
vamsyänucaritam caiva
puränam panca-laksanam
lima pokok bahasan yang memenuhi syarat sebagai purana adalah :
1. Proses ciptaan (Sargah)
2. Peleburan (Pratisargah)
3. Silsilah keturunan raja raja yang mulia (Vamsah)
4. Masa pemerintahan para manu (Manvantara)
5. Kegiatan para raja yang agung (Vamsya anucarita)
Ketika kitab menguraikan kelima pokok bahasan, maka kitab tersebut bisa dimasukan kedalam katagori Upa-purana. Jika sebuah Purana mengandung lebih dari lima pokok bahasan ini, yaitu sepuluh pokok bahasan maka purana tersebut digolongkan kedalam golongan Maha-Purana. Sepuluh pokok bahasan Purana diuraikan didalam Srimad Bhagavata Purana skanda dua belas bab tujuh sloka nomor sembilan dan sepuluh sebagai berikut :
sargo ‘syätha visargas ca
vrtti-raksantaräni ca
vamso vamsänucaritam
samsthä hetur apäsrayah
dasabhir laksanair yuktam
puränam tad-vido viduh
kecit panca-vidham brahman
mahad-alpa-vyavasthayä
Para otoritas dalam sastra mengerti bahwa purana mengandung sepuluh pokok bahasan. Beberapa ahli menguraikan bahwa maha purana menguraikan sepuluh sedangkan yang menguraikan kurang dari sepuluh di sebut alpa-purana atau upa-purana. Sepuluh pokok bahasan yang disebutkan didalam sloka diatas adalah sebagai berikut:
1.Proses Ciptaan Alam Semesta ( Sargah )
Proses ciptaan ini maksudnya adalah proses ciptaan yang diciptakan oleh tuhan yang maha esa Sri Wisnu atau Narayana. Pada awalnya yang ada hanya Kepribadian Tuhan yang maha esa, Sri Wisnu. Kemudian beliau menciptakan unsur dari alam semesta material. Saat ini yang tercipta adalah bahan bahan dari alam semesta yaitu Maha Tatva termasuk Panca Mahabhuta.
2. Proses Ciptaan Kedua ( Visarga )
Proses ciptaan kedua yang dimaksud disini adalah ciptaan yang dilakukan oleh Dewa Brahma. Pertama-tama Tuhan yang maha esa Sri Wisnu menciptakan unsur dasar dari alam semesta (Sarga). Beliau juga menciptakan dewa Brahma yang lahir dari bungan padma yang keluar dari pusar padma beliau. Karena itu Sri Wisnu juga dikenal dengan nama “Padma Nabha”. Kemudian dewa Brahma yang dikenal sebagai Widhi (Hyang Widhi) yang artinya makhluk hidup pertama yang diciptakan oleh yang maha kuasa, mulai merancang unsur unsur tersebut kedalam berbagai bentuk dibawah bimbingan yang maha kuasa, Sri Narayana.
Seperti halnya bahan bangunan sudah disediakan oleh alam namun para arsitek mengolah bahan tesebut menjadi bentuk sebuah rumah dan sebagainya. Seperti itu pula dewa Brahma menciptakan alam semesta dari bahan bahan yang sudah disediakan oleh Tuhan. Proses ciptaan kedua yang dilakukan oleh dewa Brahma yang di sini disebut Visarga.
3. Pemeliharaan dan Perlindungan Alam Semesta Beserta Isinya (Vrtti)
Setelah alam semesta diciptakan kedua kalinya atau dengan kata lain setelah alam semesta dirancang sedemikian rupa oleh dewa Brahma, maka alam semesta tersebut perlu dipelihara. Didalam kehidupan sehari hari kita mengalami bahwa untuk memelihara sesuatu adalah hal yang paling sulit. Untuk membuat dan menghancurkan adalah hal yang tidak begitu sulit tetapi untuk memelihara memerlukan keahlian dan kesabaran. Hanya Tuhan yang mampu untuk memelihara, karena itu beliau mengekspansikan diri beliau sebagai Ksirodakasayi Visnu (Paratmatma) dan memelihara semua makhluk hidup. Kepribadian Tuhan dalam bentuk ini dikenal dengan nama Sri Wisnu di dalam Tri Murti. Di dalam Upanisad, ada sebuah sloka yang sangat umum yang menguraikan pemeliharaan yang dilakukan oleh Tuhan kepada para makhluk hidup. “ nityo nityanam cetanas cetananam eko bahunam vyadadati kaman” beliau seorang yang memenuhi keperluan dari semua makhluk hidup di dalam berbagai bentuk. Diulas dari kata Narayana sendiri, kata tersebut bisa diartikan sebagai berikut, “narasya ayanam pravrttih yasmat sah iti narayanah” “Narayana adalah beliau yang merupakan tempat perlindungan (ayana) bagi para makhluk hidup atau beliau yang merupakan sumber dari makhluk hidup.
4. Perlindungan (Posana)
Posana dengan Vrtti mempunyai kemiripan yaitu sama sama memelihara dan melindungi. Tetapi didalam hal ini, proses perlindungan yang diuraikan di dalam purana maksudnya adalah perlindungan yang diberikan oleh Tuhan kepada para penyembahnya yang murni. Sedangkan Vrtti merupakan perlindungan secara umum kepada setiap makhluk hidup seperti yang diuraikan di atas.
Seperti misalnya Prahlada yang dilindungi oleh Sri Narasimha dari cengkraman raksasa Hiranyakasipu. Uraian ini disebut Posana di dalam Purana. Kenapa perlindungan kepada penyembah murni dipisahkan dengan perlindungan secara umum karena penyembah murni memiliki peran yang sangat penting di dalam kemunculan Tuhan ke bumi ini sebagai Awatara. Tujuan Tuhan berawatara bukan hanya untuk menegakkan dharma dan menghancurkan adharma tetapi hal yang lebih penting dari itu semua adalah untuk memuaskan keinginan penyembah beliau yang tulus dan murni.
5. Penyebab Kehidupan yang Berupa Keinginan Material (Hetu)
Para makhluk hidup ( sang roh ) berkeliling dari satu badan yang satu ke badan yang lain di sebabkan oleh keinginan mereka yang material untuk menikmati di dunia mateial ini. Namun sangat disayangkan sekali bahwa dunia material ini bukanlah tempat untuk kenikmatan yang sejati bagi sang roh.
Seperti halnya ikan tidak akan bisa menikmati kemewahan daratan sama halnya sang roh tidak akan bisa menikmati kemewahan hidup di dunia material karena kedudukan dasar dari sang roh adalah sebagai percikan terkecil Tuhan Yang Maha Esa seperti uraian Bhagavad Gita “mama eva amsah jiva loke jiva bhuta sanatanah” Karena itu untuk mencapai kenikmatan sejati, sang roh harus kembali pulang ke alam Tuhan. Dengan kata lain, mereka harus mencapai moksa. Jadi hetu (penyebab) mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan semua makhluk hidup yang sangat berhubungan erat dengan hukum Karmaphala.
6. Masa Pemerintahan Manu (Manvantara/Antarani)
Di dalam satu kalpa ( satu hari bagi deva Brahma) diuraikan terjadi pergantian manu sebanyak 14 kali. Satu hari bagi Brahma diuraikan di dalam bhagavad gita sebagai berikut :
sahasra-yuga-paryantam
ahar yad brahmano viduh
rätrim yuga-sahasräntäm
te ‘ho-rätra-vido janäh
“Berdasarkan perhitungan manusia, seribu kali perputaran jaman ( satya, treta, dvapara, kali yuga) merupakan satu hari bagi brahma. Dan satu malam juga mempunyai masa yang sama”.
Berdasarkan perhitungan di dunia ini, setiap kali yuga berlangsung selama 432.000 tahun, dvapara yuga selama 864.000 tahun, treta yuga selama 1.296.000 tahun dan satya yuga 1.728.000 tahun. Jika keempat jaman ini berputar sebanyak seribu kali maka itu merupakan satu hari bagi dewa Brahma dan satu malam juga mempunyai waktu yang sama. Jika dipikirkan berdasarkan pemikiran kita yang terbatas, kelihatannya ini hanyalah sekedar suatu hayalan. Mana mungkin ada orang yang hidup sekian lama? Pemikiran seperti ini sama seperti pemikiran seekor nyamuk yang hidup selama satu minggu. Kalau misalnya kita bisa berbicara dengan si Nyamuk dan bilang bahwa kami manusia hidup 1 x 4 x 12 x 100 minggu, maka nyamuk itu tidak akan percaya dengan pembicaraan kita karena mereka tidak pernah mengalami hidup sepanjang itu. Bagi kita mungkin seratus tahun sudah cukup lama tapi di planet lain, seratus tahun di bumi ini bagi mereka hannya sekejap mata. Kalkulasi dari kehidupan dewa Brahma ini bukan kalkulasi oleh seorang yang berspekulasi pikiran tetapi kalkulasi yang dibenarkan oleh berbagai sastra paling tidak berdasarkan Bhagavad Gita yang merupakan himpunan inti sari dari semua ajaran kitab suci Weda.
Berdasarkan uraian sastra yang sama, saat sekarang ini, pemerintahan berada di bawah Vaivasvata manu yang merupakan manu yang ke-7 dari empat belas manu. Uraian manu manu lainya diuraikan lebih mendalam didalam Purana. Karena Purana menguraikan kejadian di dalam berbagai pemerintahan manu, maka kadang kadang ada beberapa cerita yang tidak cocok antara Purana yang satu dengan purana yang lain . Seperti contoh, di dalam beberapa Purana mungkin diuraikan bahwa begitu Pariksit dikutuk oleh brahmana Srengi, Pariksit menjadi marah dan mulai membangun bangunan dari batu untuk menghindari masuknya ular Taksaka sedangkan di Purana lain diuraikan bahwa maharaja Pariksit menerima kutukan itu dan duduk di tepi sungai Gangga mendengarkan Bhagavata Purana dari Sri Sukadeva Gosvami.
Menurut para acarya dan resi penerima wahyu Weda menguraikan bahwa dalam hal ini, perbedaan terjadi karena kejadian tersebut terjadi didalam waktu berbeda. Dengan demikian, kepribadian Pariksit pun merupakan kepribadian berbeda antara yang satu dengan yang lain dilihat dari sudut pandang perbedaan manvantara dan perbedaan yuga. Kepribadian yang berbeda tetapi mengambil posisi yang sama. Seperti misalnya permainan drama, saat ini si A berperan sebagai Pariksit dan besok si B yang berperan sebagai Pariksit. Karena karakter yang berbeda maka aksi pun sedikit berbeda namun tujuan dari kemunculan kepribadian itu semua adalah sama yaitu untuk memberikan jalan kepada yang maha kuasa untuk ikut berperan di dalam suatu kejadian untuk menegakan dharma. Perbedaan seperti ini biasanya terjadi didalam Purana yang berbeda judul dan biasanya tidak di dalam Purana dalam satu judul.
7. Uraian Dynasti Raja-Raja yang Agung dan Kegiatannya (Vamsänucarita)
Vamsanucarita adalah kisah para raja yang memerintah di berbagai tempat di bumi ini. Ini juga menyangkut keterunan dan kegiatan dari masing masing keturunan raja-raja yang mulia tersebut.
8.Peleburan (Samstha)
Ada beberapa jenis peleburan. Peleburan pertama disebut dengan Kanda Pralaya yaitu peleburan yang terjadi di malam hari bagi dewa Brahma. Saat ini peleburan yang terjadi hanya dari planet bumi sampai ke tujuh susunanan planet bagaian bawah sedangkan tujuh susunan planet keatas tidak akan terlebur. Kanda Pralaya terjadi setiap malam hari Brahma tiba dan kemudian setelah dewa Brahma terbangun dari tidur di pagi hari ( setelah tertidur selama seribu perputaran yuga ) maka beliau melihat segala sesuatu telah terlebur dan beliau mulai menciptakan lagi bagian alam semesta yang terlebur tersebut sehingga para makhluk hidup memiliki tempat untuk hidup kembali.
Kemudian yang kedua adalah Maha Pralaya. Maha Pralaya terjadi setelah dewa Brahma mencapai umur 100 tahun. Ketika dewa Brahma mencapai umur seratus tahun, maka beliau harus mengakhiri pos beliau sebagai dewa Brahma dan kembali pulang ke alam rohani melayani kepribadian Tuhan yang maha esa Sri Narayana. Saat ini terjadi peleburan seluruh alam semesta yang berada di bawah tinjauan dewa Brahma masing masing. Kedua peleburan Bhuana Agung ini dilakukan oleh dewa Siwa yang berfungsi sebagai pelebur di dalam Tri Murti.
Itu merupakan peleburan di dalam bhuana agung alam semesta. Kemudian Purana juga menguraikan peleburan Bhuana Alit yang juga dibagi menjadi dua. Peleburan pertama (Khanda Pralaya bagi Bhuana Alit) adalah perpindahan sang roh dari masa kanak kanak ke masak devasa dan ke masa tua. Berdasarkan sastra, perubahan ini termasuk kedalam katagori perpindahan badan karena badan yang sebelumnya sudah diangap meninggal. Hal ini bahkan dibuktikan oleh para ilmuwan secara ilmiah bahwa setiap 7 tahun, tidak satu sel pun yang menyusun badan kita masih hidup. Dengan demikian sel penyusun badan kita yang sekarang adalah berbeda dengan sel penyusun badan kita tujuh tahun yang lalu. Srimad Bhagavad gita juga menguraikan :
Dehino ‘smin yathä dehe
kaumäraà yauvanaà jarä
tathä dehäntara-präptir
dhéras tatra na muhyati
“sang roh yang berada di dalam badan secara terus menerus berpindah dari masa kanak kanak ke masa remaja dan dari masa remaja ke usia tua. Sama halnya, sang roh juga berpindah dari badan yang satu ke badan yang lain setelah meningal. Orang bijaksana tidak terbingungkan oleh pergantian seperti ini”.
Kemudian Maha Pralaya bagi Bhuana Alit adalah seperti bagian terakhir dari sloka di atas yaitu perpindahan dari satu badan ke badan yang lain setelah meninggal dunia. Sang roh akan menerima badan sesuai dengan keinginan yang mereka kembangkan selama berada di badan sebelumnya. Maka dari itu ada proses punar janma. Kadang kadang sang roh menerima badan binatang, kadang kadang menerima badan tumbuh tumbuhan dan kadang kadang menerima badan manusia dan bahkan kadang kadang sebagai Apsara dan Gandharva ( bidadari bidadara ) dan bahkan kadang kadang sebagai para deva. Ini tergantung pada perkembangan keinginan dan aktivitas di dalam badan sebelumnya. Namun di dalam hal ini, badan halus yang sama ( Pikiran, kecedasan dan ego ) masih selalu bersama sang roh di dalam setiap badan. Yang terlebur hanyalah badan kasar yang tersusun dari lima unsur alam.
9. Pembebasan (mukti/moksa/samstha)
Pada dasarnya, pembebasan atau mukti juga merupakan proses peleburan (Samstha) namun di dalam level yang lebih halus. Peleburan (Samstha) yang termasuk kedalam katagori Moksa adalah peleburan yang terjadi pada badan kasar dan badan halus. Dengan demikian sang roh mencapai kedudukannya yang sejati. Sastra menguraikan “ muktir hitva anyatha rupa svarupena samasthitih”, mukti adalah proses dimana seseorang meningalkan berbagai bentuk badan di dunia material ini ( anyatha rupa ) dan mengambil bentuk sejatinya di dunia rohani ( sva-rupa ). Kedudukan sang roh yang sejati di dunia rohani adalah sebagai pelayan yang maha kuasa, Sri Narayana. Ada berbagai rasa yang bisa dikembangkan di dalam hubungan seseorang denga tuhan.
Moksa bukan hanya berarti menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Tuhan adalah pengertian yang masih dangkal tentang Moksa atau dengan kata lain tahapan tersebut adalah tahapan awal dari Moksa. Menyatu dengan Tuhan maksudnya adalah menyatu dengan brahma Jyoti ( sinar suci tuhan). Kalau kita berbicara tentang sinar suci, maka mesti juga mengacu pada sumber dari sinar suci tersebut yang juga merupakan kepribadian yang maha suci. Kepribadian berarti berbentuk pribadi bukan tanpa bentuk. Seperti sinar matahari, adanya sinar matahari karena adanya bola matahari. Sama halnya adanya sinar suci maka mesti ada sumber yang berbentuk yang bersifat suci.
Menyatu dengan Brahman adalah awalan dari kesempurnaan di dalam kehidupan rohani. Kesempurnaan tertingi di dalam kehidupan rohani adalah kembali ke dalam bentuk sejati (svarupena samasthitih) dan melakukan pengabdian kepada yang maha kuasa. Ketika seseorang kembali ke dunia rohani atau alam Tuhan maka mereka tidak akan kembali lagi ke dunia material ini yang penuh dengan penderiataan sedangkan kalau seseorang yang hanya mencapai tingkatan menyatu dengan brahman ( sinar suci Tuhan ) masih ada kemungkinan seseorang untuk kembali ke dunia material ini. Tingkatan brahman, seseorang hanya akan mencapai sifat “Sat” yang berarti kekal, namun sifat “cid dan ananda” ( pengetahuan dan kebahagian ) hanya akan bisa dicapai di dalam alam rohani bukan di dalam sinar suci.
Sastra juga menguraikan bahwa Moksa merupakan tujuan dari dharma. “moksa artham jagadhitaya ca iti dharmah”
10.Tempat Perlindungan yang Utama (apasraya)
Apasraya atau juga kadang kadang di sebut dengan ‘asraya’ merupakan pokok bahasasan yang paling penting di dalam semua purana karena ini merupakan tujuan kehidupan rohani. Tempat perlindungan yang paling tinggi adalah kepribadian tuhan yang maha esa. Srimad Bhagavata Purana skanda kedua bab sepuluh sloka nomer tujuh menguraikan :
äbhäsas ca nirodhas ca
yato ‘sty adhyavasiyate
sa äsrayah param brahma
paramätmeti sabdyate
“ Kepribadian yang satu yang dikenal sebagai kepribadian yang paling utama atau roh yang utama yag bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup merupakan sumber dari seluruh manifestasi semesta, juga sebagai wadah alam semesta serta sebagai akhir dari alam semesta. Dengan demikian beliau adalah sumber asli yang utama dan merupakan kebenaran mutlak”.
Di dalam Weda diuraikan bahwa kepribadian yang merupakan sumber segala sesuatu adalah Narayana. Urian tersebut adalah sebagai berikut :
candrama manaso jatas caksoh suryo ajayata; srotradayas ca pranas ca mukhad agnir ajayata; narayanad brahma jayate, narayanad rudro jayate, narayanat prajapatih jayate, narayanad indro jayate, narayanad astau vasavo jayante, narayanad ekadasa rudra jayante.
” Dewa bulan, candra, berasal dari pikiran Narayana. Dewa matahari, Surya, berasal dari mata padma Sri Narayana, deva pengontrol pendengaran dan nafas kehidupan berasal dari Narayana. Dewa api, Agni, berasal dari mulut padma Narayana, Prajapati dan dewa Brahma berasal dari Narayana, Indra berasal dari Narayana, delapan vasu berasal dari Narayana,sebelas Rudra yang merupakan inkarnasi dari dewa Siwa berasal dari Narayana, dua belas aditya juga berasal dari Narayana”.
Uraian lain dari bagian kitab Atharva Weda juga mendukung pernyataan tersebut diatas sebagai berikut :
narayana evedam sarvam yad bhutam yac ca bhavyam
niskalanko niranjano nirvikalpo nirakhyatah
suddho deva eko narayanah
na dvitiyo’sti kascit
sa visnur eva bhavati
sa visnur eva bhavati
ya evam veda ity upanisa
Jadi berdasarkan sumber sumber diatas, menjelaskan dengan sangat jelas bahwa Narayana adalah sumber segala sesuatu yang merupakan kepribadian yang paling utama, kepribadian Tuhan yang maha esa yang dikenal dengan sebutan ‘Brahman’ oleh para yogi, ‘paramatma’ oleh para jnani dan ‘bhagavan’ oleh para bhakti yogi. Ini merupakan keputusan dan kesimpulan kitab suci yang otentik. Pernyataan apapun yang dinyatakan tanpa dasar sastra maka pernyataan tersebut tidak bisa dipakai dasar argumen karena pernyataan tersebut sudah pasti memiliki kekurangan karena orang yang berpendapat sendiri tidak sempurna. Namun sastra Weda dan berbagai suplemennya merupakan sabda Brahman atau merupakan wahyu Tuhan yang ditulis oleh para resi yang mulia seperti Maha resi Vyasadeva dan lain lain.
Sepintas Masing-Masing Purana
Brahma Purana
Disebut juga Adi Purana karena merupakan Purana yang disusun, naskah asli purana ini tidak ada lagi, naskah sekarang merupakan rancang ulang dengan bahan-bahan yang dikumpulkan dari Mahabharata, Harivamsa, Vayupurana, Markandeya Purana dan Wisnu Purana
Padma Purana
Merupakan Purana terpanjang kedua, menceritakan keagungan Wisnu juga terdapat cara cara pemujaan yang berkenaan dengan Wisnu
Visnu Purana
Tidak seperti umumnya Purana, Wisnu Purana terdiri atas 6 bagian Utama sayang ada beberapa bagian Purana ini tidak sesuai dengan naskah aslinya , meski demikian Wisnu Purana merupakan satu-satunya Purana yg mendekati lima permasalahan yang menjadi karakteristik dari sebuah Purana.
Siva Purana
Ada beberapa ketidaksetujuan tentang apakah Siwa Purana ini adalah Mahapurana atau tidak akan tetapi diluar semua pertimbangan, Siwa Purana jelas adalah suatu Purana yang penting.
Bhagavata Purana
Seringkali dihubungkan dengan Srimad Baghavata. Srimad Bhagavata ini terbagi menjadi 12 Bagian atau Skanda. Sepuluh skanda diantaranya merupakan skanda yang terpanjang. Srimad ini paling terkenal di kalangan umat karena menceritakan kehidupan Sri Khrisna
Narada Purana
Juga dikenal sebagai Vhrat Naradeya, karena aslinya Purana ini diceritakan oleh Devarsi Narada
Markandeya Purana
Purana ini merupakan Purana tersingkat, didalamnya ada sebuah naskah yg dikenal sebagai ’Candi’ yg dibaca oleh hampir sebagian penduduk India khususnya di India Timur. Ada hubungan erat antara Markandeya Purana dengan Mahabharata, banyak pertanyaan yang tidak terjawab bila seseorang membaca Mahabharata akan terjawab dalam Markandeya Purana.
Agni Purana
Dipercaya di karang oleh Agni (dewa Api) sendiri lalu diajarkan kepada Rsi Vasistha, Agni Purana merupakan satu satunya Purana yang penuh dengan ritual upacara. Sehingga dikatakan Agni Purana merupakan Purana terakhir yang disusun, sehingga semua cerita-cerita telah dimuat dalam Purana-Purana lain yang tersisa adalah masalah ritual upacara saja, disamping Ritual juga ditonjolkan tentang wujud pemujaan patung dewa dewi, tempat Tirthayatra, upacara kremasi, Tapabrata, Ilmu firasat dll.
Bhavisya Purana
Merupakah naskah yang menceritakan tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang. Bhavisya merupakan bentuk future tense dari ‘bhu’ yang artinya akan terjadi. Banyak Wahyu dan ramalan yang termuat di Bhavisya Purana. Purana ini juga menceritakan tetntang dinasti-dinasti yang akan memerintah di jaman Kaliyuga. Bahkan Bhavisya Purana juga memuat tentang Nabi Noah ( Nuh ), Nabi Adam, Allah bahkan Putri Victoria
Brahmavaivarta Purana
Purana ini menceritakan tentang Brahma dan penciptaan melalui vivartana ( evolusi ) Brahma. Dalam naskah ini Vedavyasa menjelaskan tentang pengetahuan Brahma
Linga Purana
Dalam Daftar Maha purana Linga Purana menduduki urutan kesebelas, namun tidak berarti Linga Puranan berada di urutan kesebelas dalam penyusunannya, ada banyak ritual upacara dalam naskah ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa Linga Puranan disusun ketika Agama Hindu telah menjadi semakin Ritualistik. Tahun penyusunannya mungkin berkisar antara 800-900 sebelum masehi. Bahasa lingga Purana ini cukup sulit untuk dimengerti, komposisi naskah juga tidak seindah Purana lain, kalimatnya masih berliku-liku hingga memahaminya relatif sulit.
Varaha Purana
Khusus mengagungkan Visnu dalam inkarnasinya sebagai babi hutan (Varaha). Kadang-kadang Purana ini juga disebut Visnawa Purana karena isinya langsung diceritakan Wisnu dalam wujud Varaha kepada Prthivi ( Dewi Bumi), aslinya naskah ini terdiri atas 24 ribu Sloka dan yang tertinggal sekitar 10 Ribu Sloka saja, bagian-bagian yang hilang menceritakan tentang penciptaan, Vamsanucarita ( keturunan raja-raja) dan Manvatara. Sedangkan yang tertinggal hanya berisikan doa-doa, aturan-aturan upacara dan cerita tentang tempat suci.
Skanda Purana
Sakanda Purana merupakan Purana terpanjang dalam Mahapurana. Purana ini dianggap karya Vedavyasa kedua setelah Mahabharata, didalam Skanda Purana juga memeuat beberapa cerita Mahabharata didalamnya. Para Sarjana juga sepakat Skanda Purana bukanlah suatu kesatuan karya. Naskah Skanda Purana yang ada sekarang merupakan kompilasi dari naskah-naskah skanda Purana yang ada di berbagai wilayah di India. Ada dua alternatif tentang siapa yang menurunkan naskah ini, pertama tentu saja diasosiasikan kepada Putra Siwa dan Parwati, Skanda jenderal para Dewa lalu beliau menurunkan kepada Rsi Brghu lalu Rsi Brghu menurunkan kepada Rsi Chyavana dan Rsi Rcika lalu Vedavyasa yang merangkum naskah dari kedua Rsi tersebut . Beberapa ahli menelusuri bahwa Sakti Siwa yaitu Parwati yang menurunkan Skanda Purana kepada Puteranya Skanda, Nandi (pengawal Siwa) menerima naskah ini dari Skanda lalu menurukan kepada Rsi Atri.
Vamana Purana
Adalah purana yang isinya pendek. Purana ini dibagi menjadi dua bagian,naskah ini berhubungan dengan Avatara Wisnu yaitu Vamana ( manusia cebol )
Kurma Purana
Nama Karma Purana juga berhubungan dengan avatara Wisnu. Kurma berarti kura kura. Dalam wujud inkarnasi inilah Visnu menyampaikan isi Purana ini, makanya nama Purana mengikuti. Purana ini terdiri dari empat bagian yaitu Brahmi, Bhagavati, Souri dan Vaisnavi. Namun satu satunya bagian yang kita jumpai hanyalah Brahmi. Oh ya mungkin Anda sudah biasa mendengar Gita (Bhagavad Gita ) yang diajarkan Krishna kepada Arjuna. Anda juga pasti tahu Gita tersebut adalah bagian dari Mahabharata ( Bhisma Parwa ), yang mungkin belum anda ketahui adalah jumlah kitab Bhagavad Gita ini lebih dari satu, untuk membedakan Gita ini dengan yang lainnya orang harus menyebut secara lengkap Gita ini yaitu Srimadbhagavata Gita, karena ada juga Gita yang merupakan bagian dari Kurma Purana yang dinamakan Isvara Gita.
Mastya Purana
Purana ini dinamakan Mastya Purana karena diturunkan oleh Visnu dalam wujud avatara Mastya ( ikan )
Garuda Purana
Naskah yang berukuran sedang, dinamakan Garuda Purana karena diturunkan oleh burung Dewata Garuda kepada Rsi Kasyapa.
Brahmanda Purana
Purana ini selalu menjadi urutan terakhir dalam Mahapurana
Vayu Purana
Diatas dalam urutan keempat ada dua Purana yang menempatinya, hal ini disebabkan karena adanya ketidaksetujuan tentang Mahapurana keempat, apakah Siwa Purana atau Vayu Purana, dalam Mastya Purana dan Narada Purana bahwa Vayu Purana lah menempati urutan keempat. Dan tidak ada jalan untuk menengahi hal ini
Vayu Purana pertama kali diturunkan oleh Vayu ( Dewa Angin )
Demikian sedikit pengenalan tentang Mahapurana
disadur dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment