Cerita dibantu Google Bard
Saya masih kaget ketika mendapat kabar bahwa teman saya, Angga, telah meninggal. Dia tenggelam di kolam renang sekolah selama pelajaran olahraga. Saya tidak bisa mempercayainya. Angga adalah perenang yang baik.
Saya pergi ke pemakaman, tetapi saya tidak bisa menangis. Aku terlalu mati rasa karena kesedihan. Saya hanya berdiri di sana dan menatap peti matinya, tidak percaya bahwa dia telah pergi.
Keesokan harinya, aku kembali ke sekolah. Aku mencoba untuk fokus pada studiku, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan Angga. Aku terus melihat wajahnya di pikiranku. Aku bisa mendengar suaranya. Aku bisa merasakan sentuhannya.
Malam itu, saya tidak bisa tidur. Aku terus membolak-balik. Saya akhirnya bangun dari tempat tidur dan pergi ke jendela. Aku menatap kolam renang sekolah. Itu gelap dan kosong.
Tiba-tiba, saya melihat sesuatu bergerak di dalam air. Aku menyipitkan mata dan melihat bahwa itu adalah Angga. Dia berdiri di tengah kolam, menatapku.
Aku sangat takut sampai tidak bisa bergerak. Aku hanya berdiri terpaku, membeku, saat Angga perlahan mengangkat tangannya dan melambaikan tangan.
Kemudian, dia berbalik dan menghilang di bawah permukaan air.
Saya bangun keesokan paginya dengan awal. Saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Aku bertanya-tanya apakah itu semua hanya mimpi.
Tapi kemudian, aku teringat raut wajah Angga. Itu adalah tampilan yang sama yang selalu dia miliki ketika dia bahagia dan tanpa beban.
Saat itu aku tahu itu bukan mimpi. Angga datang untuk berpamitan.
Saya tidak pernah melihat Angga lagi setelah malam itu. Tapi terkadang aku masih memikirkannya.
No comments:
Post a Comment