Thursday, May 17, 2018

Hindari Hal Ini Untuk Melatih Menghindari Berbohong

Melanjutkan artikel minggu lalu, memang berbohong sudah menjadi kebiasaan di masyarakat, apalagi budaya timur yang kurang “to the point” karena alasan etika, reputasi, dan memikirkan lawan bicara. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti sering merasa di ambang batas antara berbohong atau tidak. Lalu bagaimana kamu menentukan parameter yang jelas apakah suatu perbuatan berbohong dikatakan karma buruk? Juga apa yang menyebabkan karma berbohong menjadi karma lengkap? Semua ini akan dibahas di sini.
  1. Dasar dari perbuatan berbohong sangat banyak, pada intinya adalah suatu fakta yang dapat berupa:
  • sesuatu yang telah dilihat ataupun tidak dilihat oleh mata
  • sesuatu yang telah didengar ataupun tidak didengar oleh telinga
  • sesuatu yang telah dirasakan/dialamin ataupun tidak oleh hidung, lidah, atau tubuh
  • sesuatu yang telah disadari maupun tidak disadari dalam batin.
Jadi semua fakta yang telah dicerap ataupun tidak oleh kelima (+ batin) indera kamu, maka hal tersebut bisa menjadi basis dari kebohongan. Misalnya kamu berbohong bahwa kamu melihat suatu hal, padahal tidak pernah.
  1. Pemikiran dari tindakan berbohong sendiri pastinya harus ditujukan kepada objek yang bisa kamu bohongi, dalam hal ini adalah manusia, dapat mengerti atau paham hal yang kamu komunikasikan, juga harus dilandasi oleh motivasi ingin mengelabui. Mungkin sering terjadi, kamu gak tahu suatu hal dan hanya berniat sekadar menginfokan, artinya motivasi berbohongnya gak ada, bisa juga terjadi kamu kira hal yang kamu infokan benar taunya hoax (Jjka ini terjadi kamu tak terhitung bohong, tapi kamu tetap lho merugikan orang lain). Juga ditambah dari klesha yang muncul bisa berupa kemelekatan, kebencian, ataupun kebodohan (lobha, dosa, moha)
  2. Tindakan dari berbohong sendiri bisa berupa kata-kata yang kamu ucapkan, juga bisa melalui ekspresi wajah, maupun gerak tubuh lain yang bisa mengelabui orang lain, variasi tindakan berbohong di zaman sekarang juga bisa melalui perantara teknologi, misalnya menyebarkan kebohongan melalui media sosialataupun membuat situs-situs yang menggunakan muslihat dengan klik.
  3. Ini yang pasti sering kamu lewatkan… Tindakan penyelesaian dari berbohong terjadi ketika objek tujuan berbohongmu mengerti hal yang kamu sampaikan. Objek kebohonganmu tidak harus merasa ditipu ataupun sedih agar tindakanmu menjadi karma yang lengkap.
Jadi berbohong itu gampang banget kan? Mulai dari hal kecil seperti si B:
A: Bro dah sampe mana?B: Otw (padahal baru mandi)
Sampai hal-hal besar seperti kasus-kasus penipuan publik perusahaan, ataupun mengatakan bahwa tidak bersalah di pengadilan. Semua itu sudah merupakan karma berbohong yang lengkap lho. Jadi berhati-hatilah bahwa kebiasaan berbohong itu dipupuk dari hal-hal kecil, yang kemudian menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya sampai pada perbuatan berbohong yang merugikan orang lain, jadi mari berlatih mulai dari sekarang!
Buat kamu yang baca artikel ini, This is Surprise Challenge: coba latih dirimu dalam sehari ini berjanjilah, “saya akan mencoba menghindari semua kebohongan. Semoga hasil latihan ini bisa membawa kebaikan pada diri saya dan semua makhluk”. Sadhu… Sadhu… Sadhu…

No comments:

Post a Comment