Thursday, May 17, 2018

Tentang Sila yang Paling Sulit Dilatih dari Pancasila Buddhis

oleh BESTRELOAD
A: Gan, mau beli HP nih yang paling bagus apa ya
B: (Karena jual hp tipe A) Tipe A aja, gan! speknya paling tinggi dengan harga segitu, awet punya lagi, yang laen mah kadang suka error, dsb (pedahal ada yang lebih murah dan bagus speknya)
A: Gak bisa kurang lagi nih, gan? Saya cuma punya duit sejuta nih (padahal punya lebih).
B: Aduh udah net banget, gan, ini juga udah jual modal (padahal jual diatas modal).
Dari pembicaraan singkat di atas, sudah berapa kebohongan yang dilontarkan? Kamu pasti menganggapnya hal biasa, karena orang dagang harus ambil untung, pembeli juga harus bisa menawar, tapi cara kerja karma dan akibatnya tidak bisa kamu tawar-tawar. Berbohong tanpa sadar sudah menjadi kebiasaan bagi kita, juga bagi masyarakat pada umumnya. Tulisan ini bukannya mau terlihat sok suci, sebagai penulis saya juga masih banyak melakukan kebohongan, akan tetapi “melatih diri untuk menghindari kebohongan” tetap perlu dilakukan, dalih-dalih seperti “bohong untuk kebaikan” atau “terpaksa berbohong” sering digunakan kalangan Buddhis untuk menjustifikasi perbuatan berbohong. Bagaimanapun juga perbuatan berbohong yang kecil dan ‘baik’ jika dibiasakan bisa menjadi perbuatan bohong yang besar dan merugikan orang lain. Juga perbuatan berbohong bisa berupa banyak hal seperti melebih-kurangkan, menghasut, munafik, menyembunyikan, melanggar sumpah/janji, menjilat.
Apa akibat dari perbuatan berbohong? Seperti yang sudah dibahas pada topik-topik sila sebelumnya, Buddha memberikan arahan untuk menjaga 5 sila bukan untuk keuntungan siapa-siapa melainkan si orang yang menjalankan sila sendiri. Tidak menjalankan sila artinya kamu berbuat karma buruk yang akibatnya akan mengganggu kedamaian batinmu sendiri, termasuk berbohong. Akibat dari karma hitam berbohong atau berucap yang tidak benar adalah sebagai berikut:
  1. Akibat yang matang sepenuhnya: terlahir di alam rendah,
  2. Akibat yang serupa penyebab: tidak dipercaya orang lain
    Kalau kamu sering tidak dipercaya orang…
    …mungkin dulu kamu sering berucaap tidak benar.
  3. Akibat yang menentukan lingkungan: hidup di lingkungan yang banyak kecurangan
Tidak hanya itu. Ketika kamu berbohong, kamu akan cenderung melakukan kebohongan lagi, minimal untuk menutupi kebohongan sebelumnya, dan akhirnya kamu merasa tidak nyaman karena harus terus berbohong. Ini yang menumbuhkan kebiasaan berbohong. Jadi berhati-hatilah.
Kamu pasti bertanya-tanya dalam hati: bagaimana jika bohong untuk tujuan baik? Karena di banyak situasi, berbohong mungkin berguna untuk menjaga reputasi, membantu orang lain, menambah penghasilan, dan lainnya. Di satu sisi, kebohongan tetap kebohongan dengan dalih apapun, namun jalan karmanya tidak lengkap jika dilakukan karena terpaksa atau untuk kebaikan. Yang perlu kamu ketahui adalah bahwa kebenaran dalam ucapan itu kekuatan. Lihat saja di kisah Jataka, saat Bodhisatwa terlahir sebagai burung misalnya. Karena kekuatan kebenaran ucapan, sang Bodhisatwa tidak dapat terbakar oleh api. Seiring berjalannya waktu, saking banyaknya kebohongan yang dianggap lumrah, kekuatan kebenaran ucapan bukan menjadi pegangan yang utama lagi.
Lalu bagaimana mengubah kebiasaan berbohong? Kamu harus mengubah kebiasaan berbohong itu pelan-pelan, karena kebiasaan berbohong seperti narkoba, sulit dihentikan, jadi dimulai dari kebohongan-kebohongan yang sifatnya kasar dulu sampai ke yang halus.
Kamu bisa coba tips-tips berikut:
  1. Dimulai dari menghindari kebohongan yang merugikan orang lain, tanya ke diri sendiri apakah saya mau dibohongi demikian? Jika tidak, jangan dilakukan.
  2. Lalu lanjut ke kebohongan yang menguntungkan diri sendiri, instropeksi ke diri kamu “apa tujuan saya melakukan kebohongan ini? Apa cara lain yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan ini?”
  3. Lalu lanjut ke kebohongan yang netral, atau untuk iseng saja, tanyakan ke diri sendiri, “Apa gunanya dan untuk apa saya melakukan kebohongan ini?” Karena kebohongan ini bersifat netral harusnya banyak opsi lain yang bisa kita lakukan sebagai ganti ucapan yang tidak benar.
  4. Terakhir kebohongan untuk membantu orang lain, coba sebisa mungkin cari cara yang tanpa berbohong. Jika tidak ada cara lain, pastikan motivasimu murni untuk membantu orang tersebut agar karma berbohongmu tidak lengkap.
Lalu apa yang menjadi parameter kamu beneran berbohong dan menjadi karma buruk yang lengkap, nantikan artikel berikutnya minggu depan ðŸ˜‰

Sumber:
  1. Pembebasan di Tangan Kita karya Phabongkha Rinpoche
  2. Jataka Mala: Untaian Kisah Kelahiran

No comments:

Post a Comment