Thursday, April 2, 2020

BERKAH COVID-19 BAGI KESEHATAN IBU BUMI



By J. Sudrijanta
- Tingkat polusi global menurun drastis.
- Dua bulan setelah Wuhan ditutup, kualitas udara meningkat sampai 21.5%.
- Gambar dari NASA tidak bisa bohong: Langit di seluruh negeri Cina berubah menjadi biru.
- Cina berperan mengeluarkan 30% gas emisi CO2 pada tingkat global setiap tahun. Setelah tempat-tempat public dikosongkan karena Covid-19 ini, gas emisi CO2 berkurang sampai 25%.
- Polusi udara di Barcelona dan Madrid menurun 50%.
- Di Jakarta, penurunan polusi udara sampai 62% setelah dua minggu warganya mengisolasi diri di rumah.
- Langit di Jakarta terlihat biru dan udara terasa lebih sejuk setelah jalanan kosong dari lalu lintas mobil dan kendaraan.
- Di Italia, kanal-kanal Venisia berubah menjadi bersih dan indah. Lumpur mengendap di dasar kanal dan membuat air jernih bagaikan Kristal.
- Sudah lama ikan-ikan tak terlihat di sungai-sungai, kini mereka muncul kembali.
- Burung-burung berani terbang mendekat ke kota-kota.
- Polusi telah menyebabkan kematian 7 juta orang setiap tahun menurut WHO. Udara yang lebih sehat karena berkurangnya polusi menyelamatkan banyak kehidupan.
- Proses melelehnya es di Antartika melambat seiring dengan menurunnya pemanasan global karena berhentinya produksi dan distribusi barang dan jasa di seluruh dunia.
- Karena efek gelombang panas, permukaan laut di seluruh dunia meningkat lebih dari 1.4 meter sejak 1979 dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan apabila pemanasan global tak bisa dikendalaikan. Akibatnya kota-kota di pesisir pantai terancam sebagai kota yang tak layak huni di masa datang. Manusia dipaksa untuk melihat bahwa apa yang tadinya dianggap “normal” sebelum pandemic Covid-19, sesungguhnya adalah “krisis besar”.
- Virus Covid-19 menyadarkan bahwa masih ada lebih banyak virus dan bakteri di alam semesta yang tidur dan siap bangkit sebagai efek pemanasan global. Di laboratorium sudah ada beberapa mikroba yang hidup kembali: satu bakteri “ekstremofil” berumur 32.000 tahun dihidupkam kembali pada 2005; bakteri berumur 8 juta tahun dihidupkan kembali pada 2007. Pada 2018, sejumlah ilmuwan menghidupkan kembali sesuatu yang agak lebih besar—cacing yang telah membeku di es abadi selama 42.000 tahun. Di Alaska, sejumlah peneliti menemukan sisa-sisa flu 1918 yang menulari sampai 500 juta dan menewaskan sampai 50 juta orang—kira-kira 3 persen penduduk dunia dan hampir enam kali korban tewas Perang Dunia I.
- Covid-19 memaksa kita untuk melihat fakta yang belum disadari tentang berbagai jenis virus dan bakteri yang sudah hidup dalam tubuh kita. Sebanyak 99% virus dan bakteri dalam tubuh kita belum dikenal sains sehingga kita hidup dalam ketidaktahuan hampir total tentang kemungkinan efek perubahan iklim terhadap kuman di dalam tubuh kita. Satu persen mikroba ramah simbiotik yang sudah dikenal sains yang sudah hidup bersama manusia mungkin selama jutaan tahun, bisa berubah mendadak menjadi ancaman dalam tubuh--apalagi 99% yang belum kita kenali.
- Manusia dipaksa untuk membuka mata bahwa pemanasan global bukanlah proses perubahan iklim yang lambat, tetapi sesungguhnya sebuah krisis besar yang dengan cepat mengancam kehidupan planet bumi.
- Manusia dipaksa untuk sadar bahwa semua orang dan segala makhluk (sesama manusia, binatang, tetumbuhan, microba, mineral) saling terhubung, saling bergantung, saling mempengaruhi. Covid-19 adalah bagian dari diri kita. Mereka ada di antara kita. Juga ada di dalam diri kita. Mereka ada dalam rahim ibu bumi yang sama. Kita selalu terhubung dengannya, entah secara fisik atau energy. Kondisi, sikap dan cara hidup kitalah yang akhirnya menentukan nasib kita, sesama manusia dan segala makhluk.
Sumber bacaan:
The Uninhabitable Earth: Life After Warming, David Wallace-Wells, Pinguin Random House LLC, New York, 2019.

No comments:

Post a Comment